Iklan

Wednesday, March 04, 2009

Walaupun kesal, berharaplah!

Walaupun kesal, berharaplah!

Bagaimana ya rakyat bisa tersentuh hatinya oleh iklan-iklan partai yang kebanyakan malah ‘mengotori’ pohon-pohon, tiang-tiang listrik, dinding-dinding–apa saja–di kota? Aku terganggu sekali oleh pemandangan itu. Alih-alih jadi tertarik, aku malah sebel ngeliat tampang entah siapa yang dipajang asal-asalan, dimana bisa nempel…Wajah-wajah yang kebanyakan tidak dikenal, tiba-tiba semua ingin jadi pahlawan pembela rakyat & tanah air. Tapi biasanya kalau orang yang ihklas berbuat memang tak butuh dikenal sih ya…Kalau perlu saat tangan kanan melakukan, tangan kiri tak perlu tahu dan sebaliknya, bukan?

Puncak kejengkelanku adalah tadi malam, baru saja pulas, tiba-tiba kaget sekali mendengar orang berteriak-teriak lewat jam 12.00 malam. Langsung aku, abang dan Ufi berlarian mengintip dari ruang tamu. Huh ternyata…pemuda yang nongkrong di salah satu rumah yang disewa partai dekat rumahku, mabuk-mabukan. Sudah beberapa kali aku ngomong ke suami, alih-alih mempesona rakyat, orang-orang itu malah memperburuk citra lembaganya sendiri. Bolehlah disebut oknum, tapi sejak rumah itu ada, aku sebel banget, mereka sering menyetel musik keras-keras seenaknya, menempel gambar-gambar partai ukuran besar di pagarku. Kemarin menempel poster jumbo size seenaknya di pohon mangga sehingga tukang sampah nggak bisa menjangkau sampah yang emang di gantung di situ agar tidak diobok-obok hewan. Sudah beberapa kali dibuka si abang, kemarin mereka tanya kenapa dibuka? Dasar gebleg, emangnya ada aturan mereka boleh seenaknya menempel-nempelin iklannya yang tak indah itu, tanpa izin lagi? Kapuyuak….aku tak tertarik sama sekali! Apalagi kalian membuat lingkungan jadi ribut.

Saat harus memilih sesuatu yang akan menentukan masa depanmu, namun pilihan itu tidak ada yang menyenangkan, haruskah memilih? Bah macam kawin paksa zaman Siti Nurbaya saja!

Satu hal yang selalu kulakukan setidaknya untuk menghibur diri sebagai rakyat negeri ini yang sering kecewa adalah, mengendalikan cara pandang, merubah kalau memang perlu, melihat dari hal-hal positif saja. Ketika misalnya politikus banyak yang bikin eneg, berharaplah bahwa selalu masih ada orang-orang yang jujur disana!

RumahCinta, 1-2 Maret 2009

5 Tanggapan ke “Walaupun kesal, berharaplah!”

2 comments:

Anonymous said...

Apa khabar !!
Salam

Anonymous said...

kenapa yak orang2x itu kok gak mau memikirin orang laen juga. pagar orang ditempel-tempel. kalo kebanyakan,mau milih pun jadi eneg.

aku muak banget eh kalo musim kampanye di indonesia. kok heboh banget. trus para politikus (eh kalo diartikan jadinya tikus yg banyak ya whhahahha)itu pada selfish. niatnya bukan buat rakyat dan kemajuan indonesia, tapi buat diri dan keluarga sendiri.

kok aku jd panjang gini yak ngomelnya hwahhahhaa...mau berharap tapi kok udah putus asa ya.