Tentang pengembara
Desember 29, 2008 oleh putirenobaiak
Buat seorang sahabat, tak kutulis namamu, takut tak berkenan
dia
fajar dan surya
cahaya
indah menggairah sunyi
harapan
memulai hari
penghangat embun
simfoni pagi
memukau
juga menyilau!
pada senja dia menjelma bianglala
kadang menitis pada putih camar yang kembara
ombak yang meghentak riak hati
gelisah
dia
cinta
kadang siksa
indah mengkristal
kadang ingin kutinggal
dia
rasa.
memabuk
juga menyejuk
dia melambungmu
juga melimbung!
kadang kurasakan dia melebur bergejolak di nadiku begitu dekat,
kadang pergi begitu jauh meninggalkan sunyi, gigil dan harap yang patah
meresah.
aku tak pernah sampai pada satu akhir tentangnya. kukira soalnya sederhana, hanya sapa, sedikit berita dari pengembara, meski satu kata. daripada diam tak kumengerti.
yang kutahu aku tentram bila kembali ke perjumpaan pertama
sederhana, namun indah. Merasakan saja, tanpa prasangka
dia ada, kelana, memang bukan untukku saja
banyak yang menunggunya
kau tahu
kini aku mengerti, bukan tentang dia yang meresah
namun tentang aku
derita
bahagia
adalah pilihan
cinta tak pernah memaksa
datang & pergi
yang sejati tertinggal tanpa perlu meminta
karenanya kupilih rumah cinta
dimana aku melebur
dan akan menerima dia
kalau dia menginginkannya
***
Sejak kamu minta aku menulis puisi tentang dia, teman, ku pakai saja istilahmu–Sang Pengembara—bukan namanya yang biasa, gambaran itu menari-nari di kepalaku, hingga akhirnya kutuliskan kini, meski semula kutolak menulisnya, sebab seperti kukatakan sejujurnya, kadang aku tidak mengenalnya. Entah puisikah ini atau bukan, yang jelas inilah yang kurasa tentang dia.
Ya terkadang, kurasakan dia hilang dan menyatu dengan semesta. Seperti yang kau katakan; “Banyak jiwa yang harus disentuh dan disapa sang pengembara,” Ah, aku harus menerimanya (kebenaran) walau kadang hati menderu, dia menyapa siapa saja, dan meninggalkan cinta, kadang kufikirkan, apakah dia juga meninggalkan luka pada pencinta, harap yang patah, pada senyumnya?
Kukatakan kadang aku tak mengertinya, teman, sebab aku orang biasa, mungkin mereka yang hebat sepertimu saja yang mampu. Maaf ini bukan sebuah sindiran, tapi apa adanya yang kurasakan. Lalu katamu; justru mereka yang bukan siapa-siapa yang mengenal dia. Semoga.
Terimakasih untuk kata-kata yang bijak, menentramkan. Akan kujaga jiwa dalam rumah cinta sebab disanalah bersemayam cahaya, seperti katamu. Berjuang untuk ridha & cinta, kesejatian yang hanya milikNya. Semoga bahagia dalam perjalanan kamu menikmati CintaNYA.
RumahCinta, 27 Desember 2008
No comments:
Post a Comment