seribu selamat tinggal telah kuucap, terperangkap hampa. aku dikalahkan waktu. pada bayang-bayang gelap, kau menetap.
aku meradang, mencoba membuang kenang!
kini aku sampai pada batas. merenung. mengapa meragu, mengapa tak tinggalkan saja segala dusta. mengapa tak kejar cahaya, dan suci cinta digenggaman
waktu telah berkata tentang segala. batin teriak, jiwa menjerit tak bersuara. takkan bergema ke hatimu, tak kan merasa, kini. jauh sudah.
mengapa masih meragu. luka membiru. biarkan berlalu. kuterobos batas, mampukah tak menoleh lagi.
semestinya kutuntaskan semua kebodohan. berhenti. memutus harap, kalau hanya memerihkan.
dua
“Waktu hanyalah reka,” katamu suatu ketika
“dan waktu melipatku dalam semesta, ” kataku
dia nisbi, tak pasti
tak ada yang abadi dalam maya,
kuterima realita. terpana mencari makna
tapi aku tahu
waktu juga
membuktikan
kesejatian cinta.
Ya Rabb, bebaskan aku dari ragu.
kuatkan melepas rasian
tak guna
akan kugenggam cahaya
yang kadang kulupa ada di jiwa
Rumahcinta, 13-15 Desember
Ditulis dalam Elegi (sajak), Soliloqui | Tidak ada komentar »
No comments:
Post a Comment