Iklan

Monday, February 04, 2008

Kalau gak gaul emang kenapa?

Anakku Ufi paling sering bilang: "Mama gak gaul sih, masa itu aja nggak tahu?"

Apakah memang kita mesti gaul? Dalam pengertian mesti tahu segalanya yang up to date, terutama menyangkut dunia entertainment, seleb-seleban, hal-hal yang membius lainnya di dunia ini agar keliatan keren? agar kita menjadi manusia yang tahu segalanya? Ho..ho...ho...Dalam percakapan dengan teman, dia juga pernah bilang padaku, "kok gak kenal sih artis anu? Payah nih kamu, gak gaul." Aku sih enteng saja, aku bilang, " ah kalau masalah itu gampang, kalau aku gak tau, tar aku tanya Ofai deh..."

Menerima dianggap tak gaul, ketinggalan berita aku sih cuek aja. Mungkin sudah sifatku dari kecil, dulu sering ditegur Papaku kok jarang nonton TV, palingan aku nonton berita-berita penting saja sesekali sekedar ingin tahu ada apa dengan dunia, aku lebih suka membaca di kamar sendirian, itupun terbatas hal-hal yang aku sukai saja. Aku memang gak suka direcoki hal-hal tak penting (menurutku) yang hanya akan menyampahi benak saja.

Dalam pergaulan sewaktu remaja dulu tak bisa dihindari, informasi pasti akan selalu ada, namanya anak muda ya pastilah suka ngomongin artis yang cakep-cakep, musik atau film terkini, situasi negara dsb. Aku sering ikut mendengarkan saja, hanya nimbrung pada hal-hal yang menarik minatku. Tak pernah mengidolakan sesuatu. Aku suka beberapa musisi atau bintang film, tapi tak akan pernah tergila-gila sampai mengidola. Ada uang lebih, beli kasetnya atau nonton, tapi tidak pernah sampai mengoleksi segala. Kenapa? Bukan maksudku hendak sok alim (jauuuh), baca saja tulisan ini, pandanganku tentang idola. Singkatnya aku tak akan pernah meng-idolakan sesuatu, Muhammad sekalipun!

Menikah dengan Abang juga membuatku mengikuti iramanya, abang kalau suka sesuatu biasa-biasa saja tuh. Dia juga suka sepakbola seperti kebanyakan cowok, tapi doi nggak akan pernah tergila-gila sampai terkantuk-kantuk siang hanya karena keseringan begadang nonton, apalagi sampai membiarkan istrinya jablai hehe...Aku suka sepakbola, basket, balap, tapi sekarang itu tak pernah penting lagi. Ada waktu nikmati, nggak sempat ya nggak apa-apa...prioritasku adalah keluarga dan kerja.

Tentang berita aku memang punya trauma sendiri. Dulu sewaktu konflik Aceh yang berdarah-darah, aku & keluargaku terutama Bapak Mertua, sudah jenuh bahkan sampai pada tingkat mual & stres oleh berita-berita yang disajikan media tentang Aceh, sementara sekitar menyajikan 'drama' kemanusiaan yang tak sanggup ditanggung jiwa jika tak kuat. Kami bukan hanya mendengar dari media, tapi juga mengalami, harus lari dan tiarap jika ada kontak senjata, 'sakit jantung' kalau ada bom, takut-takut ketika ada mayat tiba-tiba dibuang di lapangan depan rumah, membaca di desa anu gadis-gadis diperkosa tentara....dsb...dsb.. tak enak untuk diingat!

Media menurutku waktu itu hanya membuat sakit, apalagi kalau mendengarkan atau membaca komentar-komentar pengamat ini itu dari Jakarta yang tak berani menyentuhkan kakinya ke bumi yang berdarah-darah tersebut, tapi merasa lebih tahu tentang Aceh. Komen-komen yang menjijikkan dan menaikkan temperatur otak 15 derajat! Bapak mertua sampai menghentikan langganan koran dan mematikan TV untuk menghindari agar dirinya sendiri tidak naik tensi dan jatuh sakit karena berita. Menurut Beliau lebih baik kita berbuat untuk Aceh seberapapun kecilnya dan berdoa untuk perdamain. Alhamdulillah, hari ini Aceh damai, Gubernurnya hijau pulak bah! Semoga kau berhasil dan tabah di Nanggroe tercinta Pak Wandi (for a friend, a hope).

Sekarang di abad teknologi informasi dimana informasi sudah berlebihan, sulit dihindari untuk tak mendengar informasi. Traumaku terhadap berita sudah sembuh dua tahun ini, namun kebiasaan untuk tak mau mendengar/membaca hal-hal mengerikan yang terjadi di negeri ini terutama berita kriminal yang dipoles sedemikian rupa sehingga menjadi semakin 'mengesankan', (namanya juga bahasa media bok! ) tetap kulakukan. Ortuku sendiri sempat aku larang karena suka menonton tayangan berita kriminal & aneh-aneh lainnya, aku takut mereka malah hanya akan darah tinggi, tapi kata Papa dia nggak apa-apa (gak ngaruh lageee...), ya sudah, setiap orang berhak memilih toh sepanjang dia happy happy saja dan tidak merugikan orang lain.

Saat ini, aku membaca headlines Kompas dan Analisa pagi-pagi sewaktu datang ke kantor, hanya untuk tahu ada apa di dunia, kalau ada yang menarik biasannya aku baca saat makan siang. Aku membaca apa yang aku perlu dan senangi saja, senangpun kalau tidak perlu karena ada prioritas lain, aku lupakan.

Dan di rumah, hampir tak pernah aku menonton sinetron yang--maaf saja--banyak yang berisi pembodohan & kebodohan. Pernah agar adil menilai, aku mencoba menonton sinetron ABG Indonesia yang artisnya cantik-cantik itu, tapi kagak nahaaan, 5 menit rasanya seperti mual, eneg ngeliat dandanan artis, setting-an, akting yang aneh. Tapi ada juga kok yang bermutu, acara-acara yang berisi pendidikan seperti film fauna & flora, petualang anak-anak, dsb, walau bagaimanapun aku tak bisa membutakan mata terhadap sekelilingku, anak-anakku juga butuh pendampingan saat mereka menonton TV misalnya. Sesekali terlepas dari semua itu rasanya asyiiik banget, tentram, aman damai, itulah saat aku ke camp tanpa komputer, internet, telepon,-- apalagi kalau bawa keluarga...

Foto minjem sini

12 comments:

ichal said...
This comment has been removed by the author.
ichal said...

inilah yang bikin aku senang membaca disini, tentang teguhnya seorang "manusia" yang tidak membedakan gender ataupun status sosial, heheh!!

btw, sekalian mbaca " idola dan fanatisme" asik banget!!

gak semua kita mesti tahu yang ter-up2date.

lagian kan udah ada ofai tempat bertanya kalo uni gak tahu, hihihi!!

(yang diatas ke delete ichal juga)

Anonymous said...

tapi tiap hari masih baca blogku kan, meiy? (hahahah...siapa looooohhh?)

Anonymous said...

tidak usah terlalu risau dgn komentar org, terutama yg sifatnya hanya sambil lalu begitu....dan soal media, menurutku malah gak karuan beritanya....belum tentu isinya benar kok....

Anonymous said...

tidak ada yang harus diidolakan, biarkan setiap manusia dihormati sebagai individu, that's democracy.

Theresia Maria said...

Ketegaran itu mahal harganya ya Mom....semoga damai selalu ada dihati orang2...tidak ada pertumpahan darah lagi...

unai said...

mending gak gaul daripada digauli yah NI hehehe...

Rich said...

Meyyy. pakabar hehe... baru nongol lagi niyyy, sibuk nyari asisten yg bisa ngasuh anakku nih, susah banged kekenya gampangan nyari yg buat ngasuh gajah ya hehe.......

Anonymous said...

yah baca yg penting2x aja menurutmu. gaul gak hrs tau artis sinetron kok.

Anonymous said...

orang hanya akan mencari informasi ttg hal yg dianggapnya menarik dan bermutu. ok, kalah gaul soal seleb puk***aknya itu, tp soal gajah? koservasi alam? lamreung? ;)

Anonymous said...

oOo.. bEgItUuuu... yA yA yA :)

rokan (joint us) said...

Nice Article....