Iklan

Monday, February 16, 2009

Usia

Usia

keluarga-sungayang-rev

Aku boleh tergeer-geer ketika ditanya seorang Ibu-ibu baru-baru ini: “Mau kemana dik? mau camping ya? kuliah dimana?” waktu melihat aku bawa ransel, nunggu teman mau bareng ke lapangan di terminal Pinang Baris.

Hihi aku senyum- senyum aja, kegeeran dikira masih kuliah, soalnya sudah jarang yang menyangka begitu, kalau disangka belum menikah cukup sering sih. Mungkin dia pikir perawan tuwir nih orang. Waktu di Aceh sebelum tsunami cukup sering kalau naik Bus Kampus ditanyain kuliah dimana?

Juga pengalaman yang bikin termehek-mehek (ikutan tipi), ditaksir, eh ditanya-tanyain apa bisa pdkt ke temanku waktu ke lapangan. 3 orang lagi. Ya ampyuun….Apa gak liat ukuranku aja udah menyaingi piaraan.

Aku bisa saja jadi gede rasa, tapi suer, akhir-akhir ini malah sering ingat bahwa aku itu sudah tuwex emak-emak, anak 3, satu sudah remaja malah, harus tahu diri, berubah menjadi bijaksana. *Ah, mungkinkah?* Yah walaupun, gak mau ngaku tua sih, seringnya merasa masih 20-an gitu loh Ih gak teu diri bangets yah.

Kata sohibku usia hanyalah angka, namun seiring berjalannya waktu sungguh usia membuatku berpikir akan banyak hal, terutama sekarang ketika si anak bujang sudah menjulang tinggi jauh melebihiku (ssst…sebenarnya karena mamanya pendek sih). Ada banyak pertanyaan muncul, misal:

Masihkah pantas aku menjawab, “ah…aku gak tahu banyak soal Islam”, atau tentang adat Minang Kabau tercinta, misalnya, jika ditanya. Berapa waktu yang telah lewat yang seharusnya bisa dimanfaatkan buat belajar, agamamu sendiri, adat negeri leluhurmu sendiri?

Apakah yang kulakukan selama ini sudah bermanfaat, apakah aku sudah bisa membuat orang-orang yang aku cintai bahagia, atau hanya aku saja yang dibahagiakan mereka?

Sejuta pertanyaan melekat di benakku. Belum lagi kegilaan untuk belajar banyak hal begitu menggebu saat ini. Rasanya ingin belajar semua yang menarik minatku (bahkan yg sebelumnya tak menarik seperti masak!), sementara kesibukan membuatku gak mungkin melakukan semuanya. Jadi ingat kayanya Dian pernah juga menulis tentang hal ini. Semakin tua semakin jadi minat belajarnya. Dan my love juga begitu, tambah tua tambah ingin belajar banyak hal, yang membuat kita kadang hanyut pada diskusi yang berapi-api, bersemangat maksudnya. Soalnya aku, semakin belajar semakin merasa bodoh!?

Ada satu hal yang aku ingat tentang umur ini. Sewaktu mau ikut rafting di Sungai Alas dulu (masih punya anak 1), temanku sempat menggoda: “Napa Kak? Kok ragu, gak berani ya?”

“Kalau ikut kata hati saja, berani aja sih friend, kataku. Cuma sejak punya anak, jujur aku jadi pengecut. Kamu tahu, aku bukan lagi remaja yang hanya mengikuti gejolak darahmuda, atau yang masih mencari jati diri, sekarang aku emak-emak, yang kalau mau melakukan sesuatu harus mikir panjang dulu. Aku tak perlu membuktikan apapun dengan sok-sokan berarung jeram di arus deras, lalu mati. “

Namun akhirnya aku ikut juga sih, tak bisa menolak godaan adrenalin hehe. Yang penting tidak takabur.

Sewaktu remaja, jangankan takut, terpikirpun tidak pada bahaya. Dulu aku sering berperahu ke tengah danau, atau laut, padahal gak bisa berenang. Atau ikut teman-teman kebut-kebutan, tak pernah terpikir bahayanya. Mungkin begitu juga yang dialami remajaku ya, si Ofai itu. Sekarang kena “karma” nya deh :D Sering cemas mikirin dia.

Dan kini aku terpaku pada satu hal: seharusnya semakin tua kita semakin bijak. Mudah-mudahan aku bisa ya…walau perlahan.

RuangBiru, 12 Februari 2009


Foto: keluargaku tercinta, jadul :)

Ditulis dalam Soliloqui | & Komentar

No comments: