Memasuki daerah Tangkahan, kampung kecil yang terjepit antara sisa-sisa hutan primer (Taman Nasional Gunung Leuser) dan Kebun sawit milik pemerintah, pemandangan indah langsung nampak seolah menghapus kengerianku memandang hamparan ‘puing’ hutan ribuan hektar yang telah dikonversi menjadi perkebunan. Suguhan lapisan gunung biru langsung menyegarkan aliran darah, menentramkan batin.
Di camp-ku yang sederhana beberapa kilometer dari kampung, pawang, gajah dan penjaga hutan swadaya setempat bekerja untuk patroli dan monitoring hutan—selain juga membantu pengembangan ekowisata.
Dulu di era 80-an saat pembukaan perkebunan besar-besaran dilakukan pemerintah, mulailah raksasa ini tersingkir, rumah mereka diambil, terdesak dan memasuki kebun-kebun masyarakat yang tadinya adalah habitat mereka. Kemudian dibuatlah kebijakan yang tidak bijak itu dengan menangkapi gajah-gajah tersebut dan ‘menyekolahkan’ mereka di Pusat-Pusat Pelatihan Gajah (PLG). Nyatanya konflik gajah-manusia tak berhenti, gajah-gajah di PLG terlantar. Conservation Response Unit adalah salah satu konsep pemberdayaan gajah dan pawang untuk menyelamatkan saudara-saudara mereka di hutan serta rumahnya. Spesies payung--sebab dengan menyelamatkan si raksasa ini, kita juga telah melindungi habitatnya yang mencakup hewan liar dan jutaan flora hutan hujan yang sangat berharga untuk dunia.
Alhamdulillah sejak adanya kesadaran masyarakat sekitar untuk mengubah mata pencaharian dari pembalak hutan menjadi pelaku ekowisata, serta CRU dengan gajah terlatih melakukan patroli, akses ke hutan di sekitaran daerah ini terjaga dengan baik. Tingkat kejahatan terhadap hutan mencapai titik nol. Ikan-ikan di sungai bisa bebas beranak pinak dan kalau beruntung saat mancing kita bisa dapat yang besar sangat. Dari camp kita bisa mendengar suara orangutan, rangkong, dan berbagai hewan lain. Masuk sekitar 4 jam berjalan bisa bertemu macam-macam fauna, kalau beruntung berjalan satu hari bisa bertemu gajah liar.Sayang sekali itu hanya sebagian kecil dari hutan yang mesti diselamatkan. Masih banyak akses lain ke hutan di Indonesia ini yang terancam kritis karena masyarakat sekitar dimanfaatkan untuk ikut menghancurkan hutan oleh mafia-mafia dan pemain-pemain yang ahli. Ah kalau mikirin carut marut negara ini jadi pusing, mendingan berbuatlah saja semaksimal yang kita bisa walau bagi orang lain mungkin tak berarti.