Menikmati aktivitas penyelamatan alam dan lingkungan
Mencintai hijau demi masa depan...
Salah satu ToR (term of reference) alias tugas kantor favoritku adalah “Welcoming Guest” , mungkin artinya “menyelamat-datangi” tamu ya? Lha kok jadi aneh, yang jelas dengan ToR itu aku mendapat kesempatan melampiaskan hobi jalan-jalan terutama ke hutan. Walau hanya sesekali, sebab yang punya ToR itu bukan aku saja.. Tamu yang aku antar adalah sesama anggota organisasi dari tempat lain, donor, mitra kerja, pencinta alam, dsb. Biasanya untuk melihat pekerjaan & lokasi tim organisasiku di hutan. Dan mereka adalah gajah, pawang, polisi hutan serta masyarakat yang menjaga kelestarian hutan dengan berpatroli memakai gajah jinak yang terlanjur di tangkap karena terjadinya konflik satwaliar-manusia disebabkan berkurangnya hutan karena dikonversi menjadi perkebunan-perkebunan (sebenarnya manusia yang memasuki/merampok areal jelajah gajah-gajah tersebut). Jadi memanfaatkan gajah jinak untuk membantu gajah liar dan habitatnya yang juga adalah hutan dan segala isinya. Juga mengelola Ekowisata, kolaborasi antara masyarakat Tangkahan (Sumut) dengan Balai Taman Nasional dan organisasiku: FFI
Jalan-jalan ke hutan kuanggap bonus pekerjaanku sebab itu hal menyenangkan yang bisa membuatku sangat-sangat fresh setelah berjam-jam perharinya selalu di depan monitor. Namanya perjalanan untuk keseimbangan jiwa.
Dan alam adalah obat mujarab untuk menyembuhkan jiwa dan raga. Membuatmu asyik terserap ke dalamnya. Saat kau ke gunung, kau akan lebur bersama hijau pepohonan, hiruplah aromanya yang segar penuh oksigen, mengeluarkan hawa murni, menyembuhkan raga dan nurani. Cobalah melakukan pernafasan dengan dalam dan teratur, kamu akan rileks, dan insyaallah bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Misalnya sepertiku, aku menderita alergi/gejala asma yang kambuh saat kebakaran hutan di Riau beberapa waktu lalu, alhamdulillah sepulang dari hutan, aku sembuh. Obatnya rupanya trekking! Tahukah kamu indahnya bunga-bunga liar, jamur-jamur mungil, eksotis tarian pacet di hutan-hutan hujan yang rapat...Geliat ular-ular, nyanyi burung, siamang, gesekan sayap serangga....
Bagi yang suka adventure, ke hutan akan menjamin adrenalinmu mengalir deras, kau bisa mendaki tebing-tebing curam, memasuki gua, lalu menghanyutkan diri di sungai dengan memakai ban (tubing). Sedikit promosi nih: FFI dan partner menyediakan paket ekowisata berupa camping, trekking ke hutan, ada beberapa pilihan, 2 jam, 4 jam, 2 hari, dsb. Kamu bisa juga ikut terlibat memandikan gajah, belajar menjadi pawang, mengendarai gajah. Bagi yang hanya suka rileks tanpa adrenalin, bisa mandi-mandi di sungai yang jernih, Tangkahan, berupa air bening yang langsung mengalir dari sumbernya di hutan, Taman Nasional Gunung Leuser. Bisa berjalan-jalan santai saja atau naik gajah. Yang suka adrenalin juga tersedia paket “rodeo” alias naik gajah mendaki gunung (nah heran kan gajah bisa manjat?). Rasakanlah sensasinya!
Saat kau ke laut nikmatilah indah bentangan biru, keluasan dan hawa laut yang menyiratkan kebebasan. Bebaskanlah diri dari himpitan persoalan, satukan diri dengan lagu ombak, burung camar, putih buih...nikmati dan resapi keindahan suguhanNya. Nikmatilah juga lukisanNya saat matahari terbit atau tenggelam, kolaborasi warna air, awan, langit dan laut yang tertimpa cahaya surya. O indahnya! Satu warna favoritku adalah saat cahaya mentari jatuh di daun-daun. Fantastis. Tapi...kalau terjadi gempa lebih dari 5 scala Richter, waspadalah pada tsunami (hehe...jangan cemas, hanya terjadi 200-an tahun sekali).
Di kebahagiaanmu, hanya satu pesanku: intinya bukan hanya menikmati alam, tapi adalah berbagi dengan alam, dengan menciptakan harmoni tanpa merusaknya. Jangan buang sampahmu di hutan, jangan ambil tanaman dan hewan. Nikmati tanpa merusak, dan tekadkan dalam hati: alam harus dijaga sebab mereka bisa menjadi sumber kebahagiaan atau malapetaka jika kita tak bijak.
Kunjungi hutan kita di Tangkahan
Medan, 4 Agustus 2005
1 comment:
Sajak di Bandung wak jarang jalan-jalan mancaliak hutan ni... Kalau pulang kampuang naiak bis, mancaliak labeknyo hutan di Kiliran Jao, sanang di hati sajuak di kiro-kiro, apo lai kalau pagi-pagi dan sadang bakabuik.
Post a Comment